PERKEMBANGAN SENI RUPA DI TANAH AIR
A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga
menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber –
sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar
belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang
disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu
itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai
media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman
batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian
berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum
(Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup
mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food
gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman
Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti
goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa
rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang
ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan
berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah –
rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari
batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden,
dolmen, sarkofaq, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung
nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat
dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung –
patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada
dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan
Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti
adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian
pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada
bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan
ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak
ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang,
kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar
abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.
Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur
(akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan
feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung
secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa
kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk
memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan
Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada
di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi
lorojongrang dan prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi
berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak
didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri
dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya
ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi
bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara
lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi
(Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu
dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat,
bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung
wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan
tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha,
Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda –
tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam
pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib.
Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
1) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya
merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di Candi Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa
timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi
yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni
patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah
diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa
Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi
singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya
Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung
singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan
contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena
terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang
terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi
Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik
Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan
tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan
perhiasan khas Indonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung
realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan
China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus
Raja. Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai
bangunan suci tetapi di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa
karena masyarakat Bali tidak mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal
patung sebagai objek pemujaan, adapun patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim ada pula perwujudan manusia bisaa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim
jaman Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis
monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada
bagian belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang
seluruh tubuh menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi
India, sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik,
selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya
cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di
Jatim ada pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan
serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif awan dan batu karang
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang
dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus
memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi
kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana
sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian
dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan
dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam
disampaikan dengan media seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas
bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya
atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten
2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat
pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya
didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit
pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh
dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk
makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada
nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara.
Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian
Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian
ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi
dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara
realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau
diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan
seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam
perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang
seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di
Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh
dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet,
Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa
pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain:
Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di
Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S.
Sujoyono, seangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur,
Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar
para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan
berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai
kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus
Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri
lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat
sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya:
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman
Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis
Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)
yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa
Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri
Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB)
yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga
Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap
IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal
maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri
Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
F. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh
pesatya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori –
teori baru itu kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan
kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni:
1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif,
berkesan indah dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun,
Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan
tokoh agama, bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi
dengan garis nyata, berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis
kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau
kegemilangan sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional
kaya dengan warna dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan
melebihi kejadian sebenarnya. Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix,
Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan
objek lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup,
penderitaan dan kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan
George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual
(forografis) tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le
Mayeur, R. Locatelli dab Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan
warna, pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya
menyimpang dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis
dana menggunakan warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van Gogh
dan para pengikutnya: Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan
menyerupai susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme
sintesis cirinya objek lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang
berkesan 2 dimensi. Pelukisnya Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris,
dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara
pengulangan bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla,
Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada
identifikasinya di dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis,
bidang, warna dan unsur seni rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily
Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic,
naïf, lucu, menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah –
olah hanya terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc
Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor
dan apa adanya dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim
dalam karya seni, senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur
rapih dan terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson
Pollok, William de Kooning dan Andy Warhol.